Matahari menjulurkan lidah api pada
tanggal 15 Februari 2011 lalu. Juluran lidah api yang terjadi tergolong
dalam kelas X2 dan tergolong juluran terkuat yang pernah terjadi dalam
kurun waktu 4 tahun terakhir.
Lidah api adalah ledakan besar di
atmosfer matahari yang bisa melepaskan energi sebesar 6 x 10 (25)
Joule. Lidah api ini dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan
kekuatannya, di mana yang terbesar adalah kelas X.
Lidah api bisa memengaruhi seluruh
lapisan atmosfer matahari. Lidah api akan meningkatkan temperatur
plasma hingga jutaan Kelvin, menghasilkan radiasi dari beragam panjang
gelombang dan menyebabkan lontaran massa korona.
Lidah api terkuat yang terjadi kemarin
berasal dari bintik matahari nomor 1158. Lidah api tersebut merupakan
lidah api tertama dari siklus matahari saat ini (solar Cycle 24) yang
dimulai 8 Januari 2008 lalu.
“Ini adalah lidah api terbesar yang
terjadi sejak 6 Desember 2006,” kata Phill Chamberlin, ilmuwan yang
terlibat dalam proye Solar Dynamics Observatory NASA. “Kami terkejut
ketika mengetahui ini adalah kelas X,” lanjutnya.
Chamberlin mengungkapkan, lidah api
kelas X kali ini akan diikuti oleh lidah api kelas X yang akan terjadi
2-4 tahun mendatang. Frekuensi terjadinya lidah api akan memuncak ketika
mendekari siklus matahari maksimum.
Lontaran massa korona yang terjadi
akibat lidah api ini akan mencapai bumi kurang lebih Kamis (17/2/2011)
besok, antara 36-48 jam setelah lidah api terjadi. Lontaran massa
korona bisa menyebabkan badai geomagnetik.
Gangguan badai matahari
Dampak badai geomagnetik sendiri takkan
terlalu siginifikan. Kemungkinan yang terjadi adalah gangguan
komunikasi satelit, gangguan sinyal GPS, gangguan jaringan listrik dan
kemungkinan korosi pada jaringan bawah tanah.
Jika ada dampak lain, maka dampak ini
justru tampak manis. Ketika lontaran masa korona sampai ke bumi, di
belahan utara bumi akan muncul fenomena aurora borealis, tampak seperti
semburat cahaya matahari dengan berbagai pola.
Sayangnya fenomena terakhir hanya bisa
disaksikan jika berada di lintang tinggi. Lidah api matahari sendiri
pertama kali diobservasi secara independen oleh Richard Hodgson pada
tahun 1859.
Situs astronomi lokal, Langitselatan.com memberitakan bahwa Alfan Nasrulloh sempat mengamati fenomena lidah api
ini dengan menggunakan teleskop radio JOVE di observatorium Bosscha.
“Observatorium Bosscha bisa terlibat
aktif di radio (frekuensi rendah) untuk ‘menyambut’ siklus aktifitas
matahari ke-24 dengan puncak aktifitas matahari sekitar 2012-2014 dalam
bentuk solar patrol,” demikian diberitakan situs itu.
0 komentar:
Post a Comment